Pernyataan Gibran ‘Tenang Saja Pak Prabowo, Saya Sudah Ada Disini’ Pernyataan Itu Sikap Arogansi dan Overconfidence Dampak dari Keluarga yang Berkuasa

Dr. H R. Wijaya, M.Si., Dosen Tetap UIN Raden Fatah Palembang.

PALEMBANG – Barometer99.com,-

Dalam pidato Gibran Rakabuming Raka sempat menyebutkan “Tenang Saja Pak Prabowo, Saya Sudah Ada Disini” menunjukkan sikap Arogansi dan Overconfidence.

Sikap tersebut muncul dipengaruhi dari keluarga yang berkuasa. Bagaimana tidak mulai dari orang tua yang memiliki kekuasaan penuh ditambah paman yang mempengaruhi aturan hukum.

Sehingga yang sebelumnya biasa-biasa saja, kini Arogansi muncul dan terlihat sangat nyata dan fakta seperti makalah yang ditulis oleh Dosen tetap UIN Raden Fatah Palembang DR.HR.Wijaya, jauh sebelum kejadian itu terjadi.

“Sosiologi adalah ilmu yang memungkinkan kita untuk memahami dinamika sosial yang memengaruhi perilaku manusia dalam masyarakat. Dalam beberapa kasus, kenyamanan finansial dan fasilitas yang melimpah bisa memengaruhi cara seseorang berperilaku dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Tulisan ini akan mengeksplorasi bagaimana arogansi dan overconfidence yang muncul dari fasilitas yang diberikan paman dan ayahnya mencerminkan mati rasa dan bagaimana dampak sosial dan hukumnya,”tulisnya.

Baca juga : Dosen Sosiologi Ini Ungkap Beberapa Alasan Anwar Usman Harus Mundur Dari Jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi

Beberapa hal yang mempengaruhinya seperti Fasilitas yang Membawa Overconfidence

Fasilitas yang melimpah, termasuk kekayaan dan akses ke berbagai privilege, seringkali bisa menjadi sumber overconfidence. Seseorang mungkin merasa tak terkalahkan dan menganggap dirinya di atas hukum. Overconfidence semacam ini bisa membuat seseorang menjadi kurang peduli terhadap norma-norma sosial dan etika.

Dalam beberapa kasus, sikap arogansi bisa muncul dari keyakinan bahwa seseorang tidak akan pernah ditangkap atau dihukum karena memiliki sumber daya finansial yang kuat atau koneksi politik yang berpengaruh.

Baca juga : Pemekaran Provinsi Kabupaten Kota Dinilai Berdampak pada Tugas TNI dalam Pertahanan dan Keamanan

Kemudian, Mati Rasa dan Sistem Hukum

Terkait dengan arogansi dan overconfidence yang muncul dari fasilitas, sosiologi bisa mengeksplorasi mengapa sejauh ini tindakan yang mencurigakan belum juga terungkap secara hukum. Mati rasa dalam konteks ini bisa merujuk pada ketidakpedulian atau ketidakberdayaan sistem hukum dalam menegakkan keadilan.

Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin terhindar dari hukuman karena sistem hukum yang korup atau karena adanya koneksi politik yang kuat yang melindunginya. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam sistem hukum dan membuat rakyat merasa ketidakadilan.

Dengan Demikian, Masyarakat memiliki Harapan untuk Perubahan sehingga ia menganalisis di masa depan akan terjadi perubahan yang besar bahkan hukum yang selama ini terabaikan akan berbalik arah.

“Sosiologi juga memungkinkan kita untuk menganalisis harapan untuk perubahan. Dalam konteks ketidakpuasan masyarakat terhadap kasus-kasus seperti ini, bisa muncul tuntutan untuk reformasi sistem hukum dan tuntutan akan transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan keadilan,”urainya dalam tulisan.

Dalam bait terakhir menyimpulkan bahwa Arogansi dan overconfidence yang muncul dari fasilitas dan kekayaan bisa memiliki dampak sosial yang signifikan. Masyarakat mungkin melihatnya sebagai contoh ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Sosiologi membantu kita memahami dinamika ini dan melihat bagaimana harapan untuk perubahan mungkin muncul di tengah ketidakpuasan masyarakat. Dengan peningkatan kesadaran dan tindakan kolektif, bisa saja sistem hukum dan keadilan bergerak menuju perubahan yang lebih adil dan akuntabel.

Ditulis oleh: DR. H R.Wijaya, M.Si

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *