Tak Hanya Menteri BUMN, World Bank pun Kepincut Rumah Cetak “Green Housing” di Sumsel 

Ir. Basyaruddin Akhmad, M.sc, Kadis PU Perkim Provinsi Sumatera Selatan

PALEMBANG – Barometer99.com Terpilihnya Sumsel sebagai provinsi satu-satunya atau pilot project pengembangan Rumah Cetak Green Housing di Indonesia, tak hanya mengundang decak kagum Menteri BUMN RI, Erick Tohir atas konsep tersebut, kini World Bank pun mengaku siap melakukan pendampingan atas pembangunan rumah tersebut.

Keputusan pendampingan dihasilkan usai dilakukan Launch Meeting on Technical Assistance on Development of Green and Energi Efficient Housing Strategis, Kamis (4/11/2021).

Pertemuan via web binar itu dihadiri langsung Team Leader NAHP World Bank, Dao Harrison, Ricardo Ochoa dari perwakilan IFC EDGE serta Capsus G mewakili Com SEA. Ketiga lembaga internasional yang selama ini fokus pada pengembangan rumah ramah lingkungan dalam rangka mengurangi efek rumah kaca itu siap membantu selama pembangunan berjalan.

Kegiatan itu juga dihadiri Kementrian PUPR RI, yakni Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Direktorat Jenderal Perumahan RI. Untuk Sumsel, yang menjadi konseptor pembangunan rumah Monolite Dynamics Home langsung dihadiri Kepala Dinas PU Perumahan dan Permukiman Sumsel, Basyaruddin Achmad serta Kadis PU Perkim Palembang, Musirawas dan Lubuklinggau.

Basyaruddin mengatakan sangat puas atas respon luar biasa dari Kementrian PUPR RI yang memilih Sumsel sebagai pilot Project Rumah Cetak Green Housing melalui mekanisme BP2BT, Erick Tohir yang mengerahkan perusahan BUMN dalam pengembangan pembangunan rumah cetak dari PT Semen Indonesia termasuk dukungan PT SIG yang mensupport untuk fasilitas solar cell tiap rumah hingga kucuran bantuan dana BP2BT yang melibatkan beberapa bank.

Konsep pengembangan afiliaasi kerjasama yang diprakarsai Dirjen Pembiayaan Perumahan RI hingga menggandeng perusahaan pembiayaan, PT Semen Indonesia, PT SIG dan perbankan menjadi kerja keroyokan yang hasilnya sangat dibutuhkan warga MBR.

“Karena dari data yang ada, ternyata hanya 30 persen kelompok MBR yang berpenghasilan tetap, sisanya 70 persen adalah mereka yang non fixed income, seperti pemulung, juru parkir. Mereka inilah yang kita fasilitasi untuk diberikan rumah melalui skema BP2BT, “kata Basyaruddin di ruang kerjanya, Kamis (4/11/2021).

Lalu apa keistimewaan rumah Monolyte Dynamic Home atau rumah Cetak Green Housing di Sumsel , menurut Basyaruddin, Rumah cetak ini pengerjaannya lebih cepat dimana untuk pembangunan satu rumah hanya dibutuhkan waktu tujuh hari saja, yang akan ditangani langsung dari PT Semen Indonesia. Mereka akan membuat rangka cetakan tiap rumah, lalu langsung dicor dengan Semen tanpa menggunakan batu batako lagi seperti rumah umumnya. Jangan ditanya soal kekuatan, karena rumah cetak ini lebih kuat data tahannya hingga sembilan kali lipat dibandingkan rumah berbatako lainnya lantaran dicor murni dengan semen. Material bangunan juga tahan gempa dan tahan api (anti fire), bangunan lebih rapi dan dinamis.

Keuntungan lainnya, tiap rumah tersebut dilengkapi teknologi solar cell yang mampu mengkombinasikan energi matahari dan listrik, sehingga dipastikab, konsumsi listrik akan lebih hemat tiap rumah. Desain sirkulasi udara juga akan dibuat senyaman mungkin.

“Untuk pasang Solar cell saat ini aja biayanya bisa Rp 15an juta, itupun kalau di Palembang untuk rumah mewah, nah ini kota fungsikan untuk rumah MBR. Dengan teknologi solar cell itu mampu mengurangi pencemaran efek rumah kaca. rumah green House MBR Sumsel ini juga jadi rumah percontohan untuk pembangunan rumah di Eropa. World Bank langsung yang akan turun hingga membantu dan mendampingi nanti di Sumsel, “urai Basyaruddin.

Untuk saat ini, Disperkim Sumsel sudah membangun rumah contoh itu di kawasan Gandus. Di lokasi itulah, kata dia, rumah cetak monolyte Dynamic Home dibangun. Untuk tahap awal, akan dibangun 100an rumah hingga akhir tahun dan awal tahun baru dilanjutkan 100 unit lagi.

“Jadi di Sumsel terpilih tiga kabupaten Kota yang akan dibangun, yakni 200 unit di Palembang, 200 unit di Lubuk Linggau dan 200 unit lagi di Mura, ” katanya.

Untuk Palembang, proyeknya akan dimulai pada Minggu depan, dan saat ini seluruh tim sedang melakukan persiapan lahan dan kontruksi di Gandus.

Terkait harga, kata Basyar, diupayakan semurah mungkin, bahkan dibawah harga standar rumah MBR, yakni Rp 120an juta dari harga standar rumah MBR saat ini, Rp 150an juta. Konsep pembayaran melalui mekanisme BP2PT yakni Kementrian PUPR akan memberikan subsidi Rp 40 juta untuk satu rumah dan pemilik hanya dibebankan sisa dari total harga melalui mekanisme kredit perbankan.

“Dalam pembangunan, kita menerapkan konsep Bussiness, Community, Goverment dan Sosial (BCGS) jadi ada sisi bisnisnya dengan keterlibatan developer, pengembangan komunitas karena seleksi penerima rumah MBR diambil dari komunitas masyarakat dibawah kendali Forum CSR Sumsel sebagai pelaksanaan, Goverment yakni Pemerintah serta mengusung misi Sosial. Artinya tugas keroyokan seperti ini menjadi solusi jawaban atas persoalan rumah di Indonesia, “katanya.

Respon (1)

  1. Jika yang dibangun sekarang didaerah Pulokerto,Gandus, kondisi tanah tsb sedang dalam proses Persidangan Perdata,dimana pihak yg bangun sekarang memanfaatkan proyek negara ini sbg backing untuk mendulang uang dan merugikan Negara serta Rakyat kecil. Sebaiknya KPK turun untuk jangan sampai Negara dirugikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *