Paus Francis Wafat Setelah Seruan Hentikan Genosida Gaza: Siapa Penanam Benih Kebaikan Selanjutnya?

 

Vatikan, Barometer99.Com – Vatikan berduka. Dunia menunduk. Paus Francis wafat hanya beberapa jam setelah menyampaikan pesan keras kepada Amerika Serikat untuk menghentikan pembantaian di Gaza. Seruan itu bukan sekadar kata-kata terakhir, tapi benih moral yang ditanam pada ujung hidupnya. Kini dunia menanti: siapa yang akan mewarisi semangat dan nyali Paus paling progresif sepanjang sejarah Katolik modern?

Paus Francis meninggal dunia di Vatikan setelah 12 tahun mengguncang tembok-tembok konservatisme Gereja Katolik. Dalam pertemuan terakhirnya dengan Wakil Presiden AS J.D. Vance, ia menyampaikan seruan keras yang menggetarkan dunia diplomasi: “Hentikan pembantaian warga Gaza.” Tak lama setelah itu, ia menghembuskan napas terakhir—seolah menggenapi sabda Nabi Muhammad tentang menanam benih kebaikan, bahkan di detik penghabisan hidup.

BACA JUGA :  JAM-Pidum Prof. Dr. Asep Nana Mulyana Terapkan Keadilan Restoratif pada Perkara Pencurian di Sumatera Selatan

Francis dikenal luas bukan hanya sebagai paus pertama dari Ordo Jesuit dan dari Amerika Latin, tapi juga sebagai figur revolusioner dalam tubuh Gereja. Ia menolak tinggal di apartemen mewah Paus, memilih mobil biasa, merangkul kaum LGBTQ, mengkritik keras Trump, bahkan membolehkan waria dibaptis. Ia menyuarakan penghapusan hukuman mati, minta maaf atas dosa Gereja terhadap korban pelecehan seksual, dan membuka akses perempuan ke jabatan tinggi Kuria Roma.

BACA JUGA :  Paban Opslat Sops Pasmar 3, Berikan Materi Self Defense Kepada Prajurit Denmako Pasmar 3

Namun, sikap liberal ini pula yang mengguncang fondasi Gereja. Kini, menjelang konklaf bulan Mei, 135 kardinal menghadapi tantangan besar: melanjutkan jejak reformasi Paus Francis atau mengembalikan Gereja ke barisan konservatifnya?

Banyak yang memprediksi konklaf nanti akan penuh intrik, seperti dalam film Conclave atau bahkan The Godfather III. Namun Gereja Katolik, dengan dua milenium tradisi dan institusi, punya cara sendiri untuk menyaring badai zaman—AI, sekularisme, konflik global, bahkan bangkitnya kembali Trumpisme.

BACA JUGA :  Bina Sinergitas Babinsa Koramil 14/Minggir Jalin Komsos Dengan Perangkat Desa

Kini dunia menatap langit Vatikan, menunggu asap putih mengepul. Apakah benih kebaikan yang ditanam Paus Francis akan tumbuh, atau terkubur bersama jenazahnya?

(Tim/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *