Barometer99- Mataram – NTB. Wakil ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab, ST, angkat bicara terkait melonjaknya harga beras.
Melonjaknya harga beras menyebabkan masyarakat banyak yang mengeluh, dari harga yang biasa dibeli oleh masyarakat seharga Rp. 10. 000 per kilo, sekarang harganya melonjak naik menjadi sekitar Rp. 14.000 per kilo.
“melonjaknya harga beras akhir-akhir ini diakibatkan oleh makin menipisnya cadangan beras lokal”, tutur A Rauf Wahab, ST, Wakil ketua Komisi II DPRD NTB, Selasa, 7/2/23.
Kalau kita cermati ini, kata Rauf, diakibatkan oleh karena cadangan yang tersedia ini semakin menipis. Atau juga diakibatkan produksi beras kita banyak yang keluar, tidak ada pengendalian sehingga stok dalam daerah semakin menipis.
Berdasarkan teori ekonomi, lanjut Rauf, harga komoditas melonjak naik itu biasanya disebabkan oleh karena supply komoditas itu berkurang atau sudah menipis.
“Itu sudah pasti disebabkan karena stok komoditasnya mengalami keterbatasan sehingga harga komoditas itu mengalami kenaikan,”katanya.
Seminggu terakhir ini, dijelaskan Rauf, kita sudah mendengar adanya lonjakan harga beras ini. Dan kita berharap adanya langkah antisipasi apalagi bulan Maret ini akan memasuki bulan Ramadhan.
Pihaknya berharap Bulog dapat memastikan ketersediaan bahan pangan apalagi jelang bulan Ramadhan.
“Kalau di Bulog cadangannya makin menipis misalnya. Ini harus segera diantisipasi segera agar tidak menimbulkan inflasi. Sebab kenaikan harga beras ini jika tidak diantisipasi segera dikahwatirkan akan berdampak pada kenaikan harga pada komoditas lainnya,” ujar anggota DPRD NTB dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Bima, Kota Bima dan Dompu ini.
Komisi II DPRD NTB akan segera menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait guna memastikan kesiapan daerah dalam rangka menghadapi isu kerawanan pangan ini.
“Sebab boleh jadi melonjaknya harga komoditas beras ini merupakan gejala awal akan terjadinya kerawanan pangan tersebut. Apalagi data yang disodorkan ke kami, kesiapan beras NTB dalam mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan ini hanya sekitar 52 ton di tahun 2023 ini. Stok yang disiapkan ini sangat kecil sehingga kita harus membicarakannya kembali dengan pemerintah soal bagaimana cara mengantisipasi ketika benar terjadi kerawanan pangan,” terang A Rauf.
Langkah antisipasi, menurut Rauf, itu perlu segera dilakukan agar jangan sampai daya beli masyarakat semakin menurun sementara harga yang terus melonjak.
“Cara antisipasinya adalah bisa dengan jalan menggelar operasi pasar atau mengedarkan barang yang lebih murah dengan standar Bulog,” ujar wakil ketua Komisi II DPRD NTB A Rauf Wahab, ST.
Syf.