Forum Pengajian Bersama Gerakan Kebangkitan dan Kesadaran Spiritual Bangsa Untuk Negara Yang Semakin Membumi

Barometer99– Dialog tentang kepemimpinan spiritual yang didambakan Indonesia untuk membangun masa depan Bangsa dan Negara Indonesia, di Forum Bela Negeri, Jl. Percetakan Negara IV No. 1 Jakarta Pusat, Rabu, 5 Oktober 2022, akhirnya sepakat menjadikan forum rutin pengajian Mingguan bersama yang sifatnya untuk saling mengisi — timbal balik — antara peserta dengan pembicara utama hingga menjadi semacam sering pendapat untuk tampil sebagai pembicara — tak hanya dijadikan obyek pendengar — antara penghantar yang satu hingga penghantar yang lain. Sehingga semua peserta forum didengar pula argumentasi maupun pendapat atau sanggahan yang diungkapkan oleh yang bersangkutan.

Hasil pertama dari dari pengajian perdana di Forum Bela Negeri ini (Mestinta Cinta Begeri) diharap bisa merumuskan strategi dan taktis dalam upaya membumikan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sangat mendesak diperlukan untuk bangsa guna menjawab beragam kebobrokan yang semakin menakutkan bagi kelangsungan hidup berbangsa maupun hidup bernegara.

Demikian resume dari dua pembicara, Burhan Rosidi dan Eko Sriyanto Galgendu yang ditimpali hanya oleh sebagian peserta yang terbatas hadir untuk mengawali forum pengajian hal ikhwal dari seluk beluk spiritual yang perlu dibangkitkan dalam bentuk gerakan kesadaran dan pemahaman yang berskala semesta atau global dalam istilah masa kini yang tengah ngetrend dunia.

GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) sendiri kata Eko Sriyanto Galgendu telah memposisikan diri sebagai kesatria pelindung para pemuka-pemuka agama dari segenap bentuk gangguan yang meresahkan eksistensi para pemuka agama. Bahkan GMRI siap menjadi ganda terdepan untuk pengamanan dari ketidaknyamanan para tokoh agama yang acap merasa terusik atau bahkan diadu domba oleh berbagai pihak yang hendak menanggung keuntungan di dalam kekeruhan.

Atas dasar kesadaran itu pula, sebagai motor penggerak kebangkitan spiritual, selaku Ketua Umum GMRI maupun spiritualis, Eko Sriyanto Galgendu rela untuk disebut sebagai petugas para tokoh agama yabg ada di Indonesia, termasuk mengayomi masyarakat penghayat kepercayaan yang kukuh berpegang pada tradisi para leluhur yang diwariskan dari budaya suku bangsa yang ada di Nusantara.

Salah satu hasil perjuangan GMRI adalah ikut memperjuangkan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No. 114 Tahun 2022 yang telah ditandatangani pada 14 September 2022. Perpres itu adalah tentang Strategi Kebudayaan sebagai turunan dari UU Pemajuan Kebudayaan yang sudah berlaku sejak 29 Nei 2017.

Adapun strategi kebudayaan yang dimaksud adalah dokumen tentang arah pemajuan kebudayaan untuk jangka 20 tahun ke depan. Strategi Kebudayaan ini pun dimungkinkan untuk dikoreksi setiap 5 tahun sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia.

Belied ini meliputi tujuh metode untuk dapat melaksanakan kemajuan Kebudayaan. Satu diantaranya adalah melindungi Kebudayaan tradisional untuk memperkaya Kebudayaan nasional yang memuat hak penghayat kepercayaan agar dapat ikut menegakkan hak masyarakat adat, komunitas tradisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam pemajuan kebudayaan.

Hasil kajian awal Forum Bela Negeri yang digagas sejumlah tokoh penggerak, pemerhati serta relawan gerakan kebangkitan dan kesadaran pemahaman spiritual, diantaranya adalah Indra Sugandhi, Hikmat Subawinata dan Yudi serta sejumlah aktivis penggerak kesadaran dan pemahaman spiritual di Indonesia yang meyakini bahwa sosok dari kepemimpinan spiritual itu bukan aktor politik — apalagi pelaku ekonomi — karena sosok pelaku spiritual yang sejati adalah mereka yang mampu menjaga etika, moral dan akhlak — yang erat berkaitan dengan adat istiadat, tradisi, budaya bangsa dengan keinginan untuk mendampingi pelaksana negara dan pemerintahan guna menata dan mengelola negara demi dan untuk bangsa semata.

Karena itu, bentuk idealnya seperti DPA (Dewan Pertimbangan Agung) semacan lembaga yang pernah ada sebelumnya untuk menjaga tata kelola negara Indonesia. Itulah satu diantara target GMRI, yaitu perlu ditampilkan kembali DPA dengan fungsi dan tugas pokoknya sebagai pengawas sekaligus penjaga dari pelaksanaan Negara dan pemerintahan demi dan untuk kemaslahatan umat manusia dari semua agama yang ada di Indonesia.

Kepemimpinan spiritual yang diidokakan segera lahir itu berasal dari tokoh-tokoh agama yang telah selesai dengan segenap urusan duniawinya yang diharap mengisi posisi pengawas dan penjaga tata kelola negara dan pemerintahan demi dan untuk bangsa. Sehingga tujuan bernegara dapat terwujud sebagaimana yang dimaksud oleh priambule UUD 1945 serta Pancasila. Ysng tidak kalah penting dan perlu adakah hidupnya ruh spiritual bangsa sehingga dapat mewarnai negara Indonesia yang menjunjung martabat manusia dengan etika, moral dan akhlak mulia sebagai khalifatullah di muka bumi untuk membangun peradaban masa depan yang lebih baik,lebih maju dan lebih beradab serta manusiawi. Maka itu peran BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila) menjadi sangat strategis, tidak hanya untuk berbagi jabatan maupun dana semata, tetapi fungsi serta manfaatnya harus dapat meluruskan sikap san sifat yang baik bagi masyarakat.

Roh dan jiwa bangsa Indonesia yang hilang, kata Eko Sriyanto Galgendu seperti menelanjangi Brobudur hingga menjadi obyek wisata semata, bukan mampu memposisikan Brobudur sebagai pusat spiritual bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia, sehingga sejumlah komplek percandian yang ada di Indonesia bisa menjadi semacam mata air devisa negara, seperti Ka’bah yang memiliki daya magnet kuat menyedot para kedatangan dari berbagai negara.

Candi Brobudur sebagai karya
anak bangsa Nusantara seperti Candi Muara Takus dan Candi Muara Jambi di Sumatra maupun Candi Jiwa di Batujaya, Karawang, Jawa Barat, adalah Kitab kehidupan yang tidak boleh dibinasakan roh dan jiwanya yang bisa mampunl menggetarkan jiwa manusia di seantero dunia.

Mitos buruk dari peradaban batu dan peradaban batu batu seperti yang tersirat karena memang sudah tersurat di sejumlah komplek percandian itu, patut menjadi kitab kajian warga masyarakat dunia, tidak hanya sebatas romantisme sejarah masalah silam suku bangsa Nusantara yang cuma menjadi kenangan belaka.

Setidaknya, dari sejumlah komplek percandian serta peninggalan sejarah masa silam keluhur suku bangsa Nusantara yang pernah berjaya pada masa silam itu, jauh sebelum sudah terjadi saat Indonesia belum merdeka seperti yang dilakukan suku bangsa Majapahit, suku bangsa Pasundan, dan suku bangsa Seiwijaya hingga suku bangsa Kutai Kertanegara serta masa kejayaan suku bangsa Salakanegara, sungguh menakjubkan dan tiada bandingan dari belahan dunia manapun.

Karena itu, sikap pemenggalan sejarah masa silam dari suku bangsa Nusantara yang dakhsyat ini, harus dipahami jauh sebelum Indonesia Merdeka. Karena itulah relevansinya dimensi spiritual menjadi penting dan perlu untuk dibangkitkan kembali dari bumi Nusantara untuk Indonesia yang tengah terengah payah seperti sekarang. Karena essensinya spiritualitas itu menukik pada kedalaman pemahaman, sementara intelektualitas cuma sekedar melakukan perluasan pemahaman belaka untuk kemudian diimplementasikan sebagai produk olahan yang telah dihasilkannya. Maka itu, pemikiran spiritual yang cerdas, memberi peluang untuk menemukan dan melakukan pilihan, sebagauli jalan yang patut ditempuh, sebab spiritual yang intelektual, atau intelektual yang spiritual bisa menjadi pilihan yang diidolakan

Yang patut dicatat dari forum pengajian bersama ini, adalah kata sepakat yang semakin membulat dan kukuh bersama tumbuhnya komunitas pengajian tentang hal ikhwal pokok spiritual dari bangsa untuk negara guna membangun peradaban baru untuk masa depan manysia, tidak hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga untuk warga seluruh bangsa dunia dalam upaya mengatasi krisis multi dimensi kehidupan seperti yang sudah lama terjadi sampai hari ini.(*)

Editor: Msa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *