Berita, MPR  

Segera Terbit Buku Terbaru Ke-24 Bamsoet Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum Partai Golkar

Barometer99– Untuk melawan teroris tidak cukup hanya sekadar melakukan penangkapan dan penegakan dari sisi hukum. Mengingat yang dilawan bukanlah orang ataupun kelompok, melainkan ideologi.

“Karenanya, sangat penting bagi seluruh pihak untuk mengamalkan kembali nilai-nilai dalam Pancasila, yang tidak hanya sekedar menjadi hafalan semata, melainkan dipraktikkan dalam keseharian. Pemupukan terhadap nilai-nilai Pancasila juga harus semakin digencarkan. Baik melalui pendidikan di sekolah formal, maupun melalui berbagai kegiatan kebangsaan lainnya,” tulis Bamsoet dalam buku terbarunya _Vaksinasi Ideologi Empat Pilar, Melawan Rafikalosme dan Demoralisasi Bangsa”_.

Keberhasilan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 24 tersangka teroris kelompok Negara Islam Indonesia (NII) di Bali, Banten hingga Sumatera Barat sepanjang Maret 2022, merupakan peringatan bagi semua pihak upaya menyerang Pancasila tidak pernah berhenti dilakukan oleh kelompok teroris.

BACA JUGA :  Bamsoet Minta Tidak Ada Lagi Upaya Menggoreng Isu Penundaan Pemilu Dan Perpanjangan Periodisasi Presiden

Terbaru, pada 20 April kemarin, Densus 88 Antiteror Polri berhasil menangkap tujuh tersangka teroris di Bandung, Cirebon, Bogor, dan Garut, Jawa Barat.

Jika di masa lalu para kelompok teroris menyebarkan propagandanya melalui pertemuan tatap muka secara langsung, kini mereka juga sudah mulai menggunakan kekuatan media sosial untuk menyebarkan ideologi terorisnya.

BACA JUGA :  Pastikan Personel Bebas Narkoba, Polres Gresik Gelar Sidak Tes Urine usai Apel Pagi

Khusus di Indonesia, penggunaan media sosial tersebut tidak lepas karena pesatnya penetrasi internet di Indonesia. Laporan We Are Social bersama dengan Hootsuit menyebutkan ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia.

Litbang Kompas dalam survey yang dilakukan pada 17-19 Mei 2021 via telepon terhadap responden usia 17-34 tahun melaporkan, media sosial seperti Instagram, Whatsapp, Twitter dan lainnya menjadi sarana yang paling besar dalam melancarkan intoleransi, yakni sebesar 51,9 persen. Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2020 melaporkan, potensi Gen-Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen.

BACA JUGA :  Menggunakan Alat Berat Danramil 1802-03/Salawati Pimpin Langsung Normalisasi Sungai

“Sementara generasi millennial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen. Gen-Z dan milenial menjadi sasaran empuk lantaran mereka sangat aktif mengakses internet dan pengguna aktif berbagai platform media sosial,” jelas Bamsoet.(*)

Editor: Msa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *