EROMAGA, Barometer99.com – Di tengah terik matahari yang menyapa Bumi Papua, sebuah teladan kepahlawanan modern terukir bukan dengan dentuman senjata, melainkan dengan gemerisik sapu lidi dan tawa hangat kebersamaan. Satgas Yonif 700/Wyc, melalui Pos Bendungan, kembali membuktikan bahwa senjata terkuat adalah kepedulian.
Dengan semangat Bhakti yang menggelora, para prajurit pengabdi ini melaksanakan kegiatan Binter terbatas, menyasar sebuah lokasi yang penuh makna: halaman rumah Bapak Marianus Murib, sang Ketua Missionaris Gereja di Kampung Eromaga, (30 September 2025). Sebuah karya bakti yang sederhana, namun sarat dengan pesan perdamaian dan persaudaraan.
Dipimpin langsung oleh Letda Inf Risal, sang komandan lapangan yang tangannya tak segan menggenggam cangkul dan menyentuh hati, kegiatan ini bagai oase di tengah gurun. Jerih payah mereka tidak hanya membersihkan rumput liar dan sampah, tetapi juga menyiangi segala sekat yang mungkin ada antara TNI dan rakyat.
Suara Sang Pemimpin Lapangan: Senjata Kami Adalah Bakti
Letda Inf Risal, dengan sorot mata penuh keyakinan, memaparkan filosofi di balik aksi nyata ini. “Bagi kami di Satgas Yonif 700/Wyc, pelayanan tidak hanya berhenti pada tugas pokok. Setiap jengkal tanah yang kami pijak adalah bagian dari ibu pertiwi yang harus kami jaga dan rawat bersama penghuninya. Membersihkan halaman Bapak Marianus bukan sekadar karya bakti, ini adalah bahasa universal kami, bahasa yang mengatakan ‘Kami hadir untuk kalian, sebagai saudara, sebagai keluarga’.”
“Ini adalah wujud nyata bahwa TNI hadir di tengah masyarakat bukan sebagai penakluk, tetapi sebagai anak bangsa yang turut mengangkat beban, mencerahkan hari, dan membangun dari yang paling dasar: kepercayaan dan kasih sayang,” tambahnya dengan nada penuh penghormatan.
Getaran Syukur Sang Bapa Gereja: Mereka adalah Berkat yang Dijelma
Sementara itu, Bapak Marianus Murib, sang pemilik rumah yang juga tokoh rohani, tak mampu menyembunyikan getar sukacitanya. Pandangannya yang lembut menyapu para prajurit yang masih bersimbah keringat.
“Saya dan keluarga tidak bisa mengucapkan terima kasih yang cukup. Lihatlah mereka, para prajurit dengan hati emas. Di balik seragam hijau yang gagah, tersimpan kerendahan hati yang luar biasa. Kehadiran mereka bagai angin sejuk yang membawa kedamaian. Mereka membersihkan lebih dari sekadar halaman rumah saya; mereka menyegarkan kembali keyakinan kami bahwa negara hadir untuk rakyatnya yang di ujung paling timur ini.”
“Mereka adalah berkat yang dijelma dalam wujud seragam. Semoga Tuhan memberkati setiap langkah kakinya, menguatkan setiap tekadnya,” ucap Bapak Marianus, penuh haru.
Dalam kesederhanaan sapu dan cangkul, di sebuah kampung dekat Bendungan, Satgas Yonif 700/Wyc sekali lagi membangun monumen yang tak terlihat. Monumen yang terpahat bukan di batu, tetapi di dalam sanubari warga Eromaga. Mereka membuktikan, heroisme sejati ada pada aksi tulus mengabdi, menyentuh bumi, dan merajut persaudaraan di atas segala perbedaan. Jayalah Negeriku, Jayalah Para Pahlawan Kemanusiaan!
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti