Dukung Pembuatan Film “Tajir Melintir” Tentang Bahaya Pinjol dan Judol di Kampung Bambang, Bamsoet Ingatkan Stabilitas Sosial

Jakarta, Barometer99.com – Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mendukung penuh dibuatnya film drama komedi bertajuk “Tajir Melintir”. Film yang disutradarai oleh Ariyo Wahab ini diharapkan menjadi media edukatif yang efektif dalam menyampaikan pesan moral tentang bahaya pinjaman online (pinjol), judi online (judol), serta bank keliling ilegal (bangke) yang marak menjerat masyarakat kelas menengah ke bawah. Fenomena pinjol dan judol saat ini bukan lagi sekadar isu ekonomi, tetapi telah menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial masyarakat.

Bamsoet direncanakan akan turut berakting sebagai Ketua RT bersama politisi senior (menunggu konfirmasi) Bambang Pacul sebagai Ketua RW di Kampung Bambang. Keduanya akan memerankan karakter dengan nama yang sama, Bambang. Cerita dalam film ini mengambil latar di sebuah kawasan perkampungan padat penduduk yang terdapat banyak warga dengan nama Bambang. Warga perkampungan tersebut banyak yang memiliki masalah keuangan dan terjerat pinjol, judol, serta bangke.

“Film “Tajir Melintir” meskipun dibungkus dalam genre drama komedi, membawa nilai dan pesan yang sangat dalam serta relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Melalui pendekatan seni, kita bisa menyentuh hati masyarakat. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyadarkan masyarakat akan bahaya pinjol dan judol,” ujar Bamsoet saat menerima produser dan sutradara film “Tajir Melintir” di Jakarta, Jumat (18/7/25).

BACA JUGA :  Presiden Prabowo Subianto Menerima Kunjungan Kehormatan Tokoh Filantropi Dunia Sekaligus Pendiri Gates Foundation, Bill Gates di Istana Merdeka

Hadir antara lain Executive Producer Dedy Abdurachman, Bambang Dirgantoro, Petrus Hariyanto serta Sutradara Ariyo Wahab.

Ketua MPR ke-15 dan Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2024, total pinjaman aktif yang disalurkan oleh fintech lending mencapai lebih dari Rp 60 triliun, dengan lebih dari 26 juta peminjam yang tersebar di seluruh Indonesia. Di sisi lain, lebih dari 7.000 platform pinjol ilegal telah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Digital RI, tetapi terus bermunculan dengan wajah dan nama baru. Ini membuktikan bahwa permasalahan bukan hanya soal teknis, tetapi struktural dan budaya.

BACA JUGA :  Personel Terbaik Polri Masuk Kabinet Merah Putih

“Judi online juga telah menjadi epidemi tersendiri yang lebih sulit dilacak dan diberantas. Menko Polhukam Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa transaksi judi online pada 2024 telah menembus angka Rp 327 triliun. Bahkan Kementerian Komdigi baru-baru ini membongkar jaringan besar yang melibatkan penyedia jasa pembayaran lokal, afiliasi internasional, hingga selebritas sebagai influencer. Lebih mengkhawatirkan lagi, mayoritas korban berasal dari kelompok rentan yakni pelajar, ibu rumah tangga, dan buruh pabrik yang tergoda oleh mimpi kekayaan instan,” urai Bamsoet.

BACA JUGA :  Peralihan Pegawai KPK Menjadi ASN, Ketua KPK H. Firli Bahuri Sambut Baik Putusan MK dan MA

Ketua Komisi DPR RI ke-7 dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, film “Tajir Melintir” bukan sekadar alat hiburan, melainkan instrumen budaya untuk membangun kembali kesadaran kolektif. Film ini merupakan ajakan untuk kembali berpikir jernih, bahwa tidak ada kekayaan instan yang datang tanpa risiko. Publik perlu memahami bahwa tertawa itu penting, tapi lebih penting lagi jika tawa itu membawa pulang pemahaman.

“Selama ini kita bicara literasi keuangan dengan gaya formal, hasilnya masih terbatas. Sekarang waktunya kita menyentuh mereka lewat karya yang membumi, lewat cerita yang mereka pahami dan jalani sehari-hari. “Tajir Melintir” bukan sekadar film, ini tamparan halus namun keras bagi kesadaran kolektif bangsa,” pungkas Bamsoet.

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *