Jakarta, Barometer99.com – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar upacara Peringatan Hari Pahlawan 2025. Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pemerintahan Desa (Pemdes) La Ode Ahmad Pidana Bolombo bertindak sebagai inspektur upacara (Irup) dan membacakan amanat dari Menteri Sosial Saifullah Yusuf.
Melalui amanat tersebut, La Ode mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk meneladan semangat nasionalisme para pahlawan. Para pahlawan bukan sekadar nama yang terukir di batu nisan, melainkan cahaya yang menerangi jalan rakyat Indonesia hingga hari ini. Dari Surabaya hingga Banda Aceh, dari Ambarawa hingga Biak, mereka berjuang bukan demi dirinya sendiri, melainkan untuk cita-cita yang lebih luhur.
“Demi masa depan bangsa yang bahkan belum mereka kenal, yaitu kita semua yang berdiri di sini hari ini. Para pahlawan mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan tidak jatuh dari langit. Kemerdekaan lahir dari kesabaran, keberanian, kejujuran, kebersamaan, dan keikhlasan,” katanya di Plaza Gedung A, Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Dia menjabarkan tiga hal yang dapat dijadikan teladan dari para pahlawan bangsa. Pertama, kesabaran para pahlawan. Para pahlawan sabar menempuh ilmu, sabar menyusun strategi, sabar menunggu momentum, dan sabar membangun kebersamaan di tengah segala keterbatasan. Mereka tetap bersabar meski menghadapi perbedaan pandangan dan jalan perjuangan.
“Dari kesabaran itulah lahir kemenangan, karena mereka tahu bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan tergesa-gesa, tetapi ditempa oleh waktu dan keikhlasan,” ucapnya.
Kedua, semangat untuk mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya. Setelah kemerdekaan diraih, para pahlawan tidak berebut jabatan, tidak menuntut balasan, dan tidak mengincar apa yang ditinggalkan penjajah. Mereka justru kembali ke rakyat: mengajar, membangun, menanam, dan melanjutkan pengabdian.
“Di situlah letak kehormatan sejati, bukan pada posisi yang dimiliki, tetapi pada manfaat yang ditinggalkan,” imbuhnya.
Ketiga, pandangan jauh ke depan. Para pahlawan berjuang untuk generasi yang akan datang, untuk kemakmuran bangsa yang mereka cintai. Mereka juga menjadikan perjuangan ini sebagai bagian dari ibadah; darah dan air mata yang dikorbankan adalah doa yang tak pernah padam. Para pahlawan percaya bahwa menyerah berarti meninggalkan amanah kemanusiaan.
“Ini adalah modal besar bagi generasi kita saat ini. Semangat perjuangan yang pantang menyerah adalah kekuatan bagi kita dan generasi mendatang untuk meneruskan cita-cita para pahlawan yang selama ini telah ditunaikan,” ungkapnya.
La Ode melanjutkan, pada masa sekarang perjuangan tidak lagi dilakukan dengan bambu runcing, melainkan dengan ilmu, empati, dan pengabdian. Namun semangatnya tetap sama: membela yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan memastikan tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dari arus kemajuan.
Semangat inilah, sambung dia, yang terus dihidupkan melalui Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. Hal ini dapat dilihat mulai dari upaya memperkuat ketahanan nasional, memajukan pendidikan, menegakkan keadilan sosial, hingga membangun manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya. Sebagaimana para pahlawan telah memberikan segalanya untuk Indonesia, dia mengajak para ASN menjaga agar api perjuangan itu tidak pernah padam, dengan cara bekerja, bergerak, dan berdampak.
“Hari ini, mari kita bersyukur dan berjanji: bahwa kemerdekaan ini tidak akan sia-sia. Kita akan melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara kita, bekerja lebih keras, berpikir lebih jernih, dan melayani lebih tulus,” tandasnya.
Sebagai informasi, upacara ini turut dihadiri oleh para pejabat tinggi madya dan pratama, serta ASN di lingkungan Kemendagri dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
Puspen Kemendagri




















