Bamsoet Resmikan Komunitas ‘PERIKHSA Cigar Brotherhood’ dan Luncurkan ‘BAMSOET CIGAR’ Untuk Pasar Domestik dan Internasional

Jakarta, Barometer 99.com – Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua Umum Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Bela Diri Indonesia (PERIKSHA), Bambang Soesatyo, meresmikan komunitas Cerutu Nusantara ‘PERIKHSA Cigar Brotherhood’ sekaligus meluncurkan ‘BAMSOET CIGAR’, cerutu premium dari tembakau pilihan petani Indonesia untuk bersaing di pangsa pasar cerutu dunia yang sangat besar, dengan nilai pasar global diperkirakan mencapai $56,70 miliar pada tahun 2025 dan diproyeksikan akan terus tumbuh.

“Prospek industri cerutu atau cigar Indonesia cukup cerah. Didorong oleh peningkatan permintaan cerutu premium, minat dari pasar internasional, dan tren baru di kalangan anak muda. Permintaan global terhadap cerutu premium juga terus meningkat. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, China, dan Taiwan menjadi pasar utama bagi produk cerutu Indonesia yang bisa menambah devisa negara melalui peningkatan nilai ekspor,” ujar Bamsoet saat melantik Presiden PERIKHSA Cigar Brotherhood, Charles Wicaksana dan Sonny Harsono sekaligus peluncuran produk cerutu nusantara ‘BAMSOET CIGAR’ di Parle Senayan Jakarta, Kamis Malam (30/10/25).

Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan, cerutu bukan sekedar tembakau yang dibakar atau hanya tentang asap. Tetapi setiap tarikan dan hembusan yang keluar dari sebatang cerutu itu ada keringat para petani tembakau di desa, mulai dari pemetikan, penggulungan, pengeringan serta nasib ribuan pekerja pelinting. Karena dikerjakan dengan tangan manusia (handmade) dan bukan mesin.

BACA JUGA :  UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN NARAPIDANA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM BANTEN SELENGGARAKAN SOSIALISASI TEKNIS PEMASYARAKATAN LAYANAN KESEHATAN KEPADA PETUGAS PEMASYARAKATAN

“Tugas Kita hari ini adalah meningkatkan kesejahteraan mereka, melalui peningkatan produksi cerutu untuk pasar domestik dan pasar global. Saya optimis karena kualitas tembakau petani kita tidak perlu diragukan lagi. Mereka menanam, memetik, dan merawat daun tembakau dengan ketekunan luar biasa. Cita rasa dan aroma cerutu yang dihasilkan para pelinting Indonesia mampu bersaing dengan produk Kuba atau Dominika, baik dari segi aroma, cita rasa, maupun karakter khasnya,” jelas Bamsoet,

BACA JUGA :  Pangdam XVIII/Kasuari Kehadiran Tim Audit Untuk Menjaga Komitmen Dan Konsistensi Agar Bekerja Dengan Baik

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam produksi cerutu, bahkan sejak era kolonial Belanda. Wilayah seperti Jember, Temanggung, dan Yogyakarta menjadi pusat produksi tembakau berkualitas tinggi. Tembakau Besuki Na-Oogst dan Voor-Oogst dari Jember, misalnya, terkenal luas di pasar internasional karena aroma dan rasa.

“Data Kementerian Pertanian mencatat, produksi tembakau Indonesia mencapai 225 ribu ton pada tahun 2022. Sebagian besar berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menjelaskan, keunggulan cerutu Indonesia terletak pada kombinasi antara bahan baku berkualitas dan keterampilan perajin lokal. Proses pembuatan yang masih mengandalkan teknik tradisional memastikan setiap batang cerutu memiliki karakteristik unik yang sulit ditiru.

BACA JUGA :  Karo Rena Polda Sumsel Himbau Masyarakat Untuk Menjaga Kamtibmas dan Kesucian Selama Ramadhan 1444 H

“Dengan kualitas tembakau yang unggul dan keahlian tangan para perajin lokal. Industri cerutu Indonesia telah berhasil menembus pasar internasional, menjadikannya peluang emas bagi pelaku bisnis dan eksportir dan berpotensi besar untuk menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia,” jelas Bamsoet.

Ketua Dewan Pembina Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, cerutu ‘BAMSOET CIGAR’ dibuat sepenuhnya secara handmade oleh perajin lokal. Prosesnya panjang dan memerlukan ketelitian tingkat tinggi. Setelah daun tembakau dipetik, proses pengeringan dilakukan selama 25 hingga 45 hari, tergantung cuaca dan kelembapan. Pengeringan dilakukan secara alami untuk menjaga warna dan minyak alami daun. Setelah itu barulah masuk tahap fermentasi minimal 2 tahun, sebelum digulung oleh pelinting.

“Kalau Kuba punya Cohiba, Dominika punya Davidoff, Indonesia seharusnya punya cerutu atau cigar unggulan. Inilah waktunya kita percaya diri bahwa hasil tangan anak bangsa bisa berdiri sejajar dengan produk dunia,” pungkas Bamsoet. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *