GOME, PUNCAK, Barometer99.com – Di atas puncak dunia, di mana kabut masih menyelimuti lembah dan udara pegunungan menusuk tulang, sebuah pencerahan hadir. Bukan dari langit, tapi dari langkah tegas sekelompok prajurit bertopi loreng. Mereka adalah para pejuang kemanusiaan dari Pos Kout Koper Satgas Yonif 700/Wyc, yang mengubah senjata menjadi stetoskop, dan pos penjagaan menjadi klinik harapan bagi warga Kampung Wako, Distrik Gome, Kabupaten Puncak. (25/9/2025)
Di bawah komando langsung seorang perwira yang tangannya biasa memegang senjata, namun hari ini dengan lembut memeriksa denyut nadi seorang kakek, Letda Ckm Muh. Akbar, Amd. Kep., kegiatan Binter Terbatas ini berlangsung bak puisi kepahlawanan. Cahaya mentari yang menembus rerimbunan pohon menjadi lampu operasi alam bagi mereka. Meja sederhana dari papan kayu berubah menjadi ruang konsultasi, di mana setiap keluhan didengar, setiap luka diobati, bukan hanya yang fisik, tapi juga luka karena jarak dan keterpencilan.
Puluhan warga, dari ibu-ibu dengan bayi dalam gendongan hingga para orang tua yang tubuhnya telah dilanda waktu, antre dengan sabar. Mata mereka, yang biasanya memandang jauh ke lembah, kali ini berbinar penuh haru. Tawa ceria anak-anak pecah, menyembulkan kabut di udara dingin, menjadi musik indah yang mengiringi setiap tindakan medis sederhana yang terasa seperti keajaiban.
Letda Ckm Muh. Akbar: “Tugas Kami adalah Menjadi Pelita di Ufuk Timur”
Dalam sebuah kesempatan hening, sang pemimpin pasukan medis ini membagikan renungannya. Suaranya tenang namun penuh keyakinan, bak gemuruh yang disimpan di balik gunung.
“Ini lebih dari sekadar tugas. Ini adalah panggilan jiwa,” ujar Letda Akbar, matanya menatap ke arah pemukiman warga. “Kami hadir di sini bukan sebagai tentara yang garang, melainkan sebagai sahabat, sebagai bagian dari keluarga besar di Gome. Setiap obat yang kami berikan, setiap senyum yang kami ukir di wajah mereka, adalah amunisi terkuat kami untuk memenangkan pertempuran terpenting: pertempuran melawan rasa sakit, ketidakberdayaan, dan jarak yang memisahkan mereka dari akses kesehatan.”
“Pegunungan ini mungkin tinggi, jalannya terjal, tetapi tekad kami untuk meringankan beban saudara-saudara kami di Kampung Wako jauh lebih tinggi. Jika kami bisa menjadi pelita kecil yang menerangi kegelapan mereka, hanya untuk sehari, maka itulah kemenangan yang sesungguhnya. Ini adalah wujud nyata bahwa kehadiran TNI selalu dekat, hangat, dan membawa kebaikan bagi seluruh anak bangsa, di mana pun mereka berada, bahkan di puncak yang ‘tersembunyi’ sekalipun.”
Kegiatan yang penuh makna ini pun berakhir saat senja mulai menyapa. Namun, kehangatan yang ditinggalkan oleh tim kesehatan Pos Kout Koper tidak akan mudah pudar. Ia akan tetap hidup, bersemi bagai tunas di tengah hutan Papua, menjadi kenangan manis bahwa di balik seragam loreng, ada hati yang berdetak sama untuk Indonesia. Sebuah episod kepahlawanan tanpa dentuman, hanya diisi oleh desir angina, detak jantung, dan senyum yang kembali merekah di Bumi Cenderawasih.
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti