Dari Pos Wuloni, Tangan-Tangan Prajurit Menyembuhkan dan Merajut Asa di Lembah Ilaga

Ilaga, Papua, Barometer99.com – Di antara pegunungan yang menjulang dan kabut yang sesekali menyapa, denyut nadi kehidupan di Kampung Wuloni, Distrik Ilaga, berdetak pelan. Namun, pada sebuah hari yang cerah, suasana tenang itu disemarakkan oleh kedatangan para penjaga perbatasan, prajurit Satgas Yonif 700/WYC, yang tak hanya membawa senjata, tetapi juga kotak P3K dan hati yang tulus untuk menyembuhkan.

Dari Pos Wuloni yang berjaga, mereka turun menyusuri lereng, mengusung misi kemanusiaan. Bukan operasi tempur, melainkan Operasi Kemanusiaan: pengobatan gratis bagi warga yang seringkali terbatasi aksesnya terhadap layanan kesehatan dasar.

Dipimpin oleh Sertu Hidayat, dengan ketelitian dan senyum hangat khas seorang prajurit lapangan, kegiatan Bakti Sosial (Binter Terbatas) ini pun bergulir. Para prajurit dengan cekatan berubah peran menjadi ‘dokter darat’, mendiagnosa, membagikan vitamin, mengobati luka, dan mendengarkan keluhan warga dengan sabar. Setiap obat yang diberikan, setiap pelukan hangat pada anak-anak yang ketakutan, adalah puisi tanpa kata yang terpatri dalam di ingatan warga.

BACA JUGA :  Wujudkan Tata Kelola yang Semakin Baik, Lantamal V Terima Kedatangan TIM BPK RI

“Ini adalah wujud nyata kehadiran negara di tengah saudara-saudara kita di Papua. Tugas kami tidak hanya menjaga kedaulatan, tetapi juga menjaga setiap denyut kehidupan dan kesehatan warga. Senyum dan ucapan terima kasih mereka adalah semangat bagi kami di ujung perbatasan ini,” ujar Sertu Hidayat, sambil sesekali mengatur lalu lintas warga yang antri.

Pos Wuloni: Garda Terdepan yang Humanis

Di balik kesuksesan kegiatan ini, terdapat peran vital Pos Wuloni yang dipimpin oleh Lettu Inf I Made Mertiana. Pos ini bukan sekadar menara pengawas, melainkan telah menjadi ‘rumah kedua’ bagi prajurit dan warga, tempat dimana kebersamaan dan kepedulian dijalin.

BACA JUGA :  Kebocoran Pipa Gas Alam Yang Menyemburkan Api Membuat Warga Panik

Lettu Inf I Made Mertiana, sang komandan pos, menegaskan filosofi dari tugas mereka. “Pos kami adalah jendela negara untuk melihat langsung denyut nadi kehidupan warga. Melalui kegiatan seperti ini, kami tidak hanya membangun kepercayaan (trust building), tetapi juga merajut tenun kebhinekaan yang sangat indah. Kami hadir bukan sebagai penjajah, tapi sebagai saudara, sebagai bagian dari mereka. Kesehatan adalah bahasa universal yang semua orang pahami, dan melalui ini kami berbicara dengan hati,” paparnya dengan penuh keyakinan.

BACA JUGA :  SMA Hang Tuah 1 Jakarta Merajai Futsal di Ajang Law Sport Championship 2022

Kegiatan yang mungkin hanya tercatat sebagai angka dalam laporan ini, memiliki makna yang mendalam. Ia adalah simbol bahwa di tanah yang kerap diliputi awan kelam konflik, masih ada cahaya terang kemanusiaan yang dipancarkan oleh para prajuritnya. Mereka membuktikan bahwa jubah terhebat seorang tentara bukanlah kekuatan senjata, tetapi kemampuan untuk menjadi pelindung, penyembuh, dan perekat persaudaraan sejati.

Hari itu, di Kampung Wuloni, luka-luka tidak hanya diobati, tetapi harapan baru kembali ditanam. Dan Satgas Yonif 700/WYC, melalui Pos Wuloni, telah menorehkan puisinya yang paling indah: puisi tentang kedamaian dan kasih sayang yang ditulis dengan tinta aksi nyata.

Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 700 Wira Yudha Cakti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *