Berita  

Konser Musik di Tengah Derita Rakyat, DPRD dan Pemda KSB Dikritik: Kisah Pilu Zaki Jadi Potret Ketidakpedulian

Sumbawa Barat-NTB, Barometer99.com-  Di tengah duka bangsa atas tragedi nasional meninggalnya seorang driver ojek online yang tertabrak kendaraan taktis Brimob di Jakarta, serta di tengah melonjaknya harga beras yang kian menekan rakyat kecil, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) justru menggelar konser musik besar-besaran.

Konser bertajuk hiburan rakyat ini menghadirkan artis ibu kota Samson dan digelar sejak Sabtu sore hingga malam Minggu (29/8/2025) di Alun-alun Kota Taliwang.

Ribuan orang tumpah ruah, namun tidak sedikit masyarakat yang mengkritik: euforia pesta musik ini dianggap mencederai rasa keadilan sosial, ketika di pelosok masih banyak warga yang berjuang sekadar untuk bertahan hidup.

Tokoh Masyarakat Soroti Ketidakpekaan Pemerintah

Tokoh masyarakat KSB, HM Yames WP, SH, dengan lantang menilai pemerintah daerah dan DPRD lebih sibuk menghamburkan anggaran untuk acara seremonial ketimbang fokus pada hal-hal yang benar-benar substansial bagi rakyat.

“Konser boleh saja, tapi apakah tepat di saat rakyat masih kesulitan makan, harga beras naik, pengangguran merajalela, dan banyak warga miskin yang terabaikan? Uang sebesar itu jika dialokasikan untuk kesehatan atau pemberdayaan tentu jauh lebih bermanfaat,” tegas Yames.

BACA JUGA :  Tim Gabungan Bersama Warga Masih Melakukan Pencarian 6 Korban Banjir Bandang Wera Bima

Kritik ini makin relevan bila melihat kisah Zaki (18), remaja asal Desa Lamusung, Kecamatan Seteluk. Sejak awal 2023, ia terbaring lemah karena penyakit yang diduga autoimun. Berat badannya kini hanya tinggal 20 kilogram.

Ayahnya, Samsidar, bercerita bahwa berbagai upaya pengobatan telah ditempuh. Dari RSUD Asy-Syifa, RSUD Provinsi NTB, hingga rujukan ke Bali dan RSUP Mataram. Bahkan kemoterapi pun pernah dijalani, namun kondisi Zaki semakin memburuk.

“Kami sudah coba ke mana-mana, tapi hasilnya nihil. Biaya hidup sehari-hari di Mataram saja sangat berat. Kami berharap pemerintah bisa membantu, jangan sampai anak saya dibiarkan begini,” ujarnya penuh haru.

Meski ada sedikit bantuan dari RSUD Asy-Syifa dan Baznas, jumlahnya jauh dari cukup. Kini keluarga terpaksa menjual rumah dan tanah, namun belum laku hingga saat ini.

BACA JUGA :  Cegah Lonjakan Kasus Positif Covid-19, Kodim 0808/Blitar Gelar Patroli Gabungan Dan Penegakan Protkes

Banyak Warga Sakit dan Menganggur, Namun Pemerintah Sibuk Konser

Selain Zaki, masih banyak kisah pilu lain. Seorang anak dari Tongo harus berjuang melawan kanker mata. Sementara di pelosok-pelosok desa, pengangguran dan kemiskinan tetap menjadi pemandangan sehari-hari.

Namun alih-alih fokus menyelesaikan persoalan itu, pemerintah daerah dan DPRD lebih memilih menampilkan hiburan sekejap. Kritik pun kian deras bahwa konser ini hanyalah euforia sesaat tanpa manfaat nyata bagi rakyat.

“Kalau uang konser dipakai untuk membantu Zaki, anak penderita kanker, atau membangun lapangan kerja, bukankah itu lebih substansial? Inilah yang disebut rakyat, pemerintah lebih peduli pada citra ketimbang penderitaan warganya,” tambah Yames.

Kemarahan publik turut diperkuat oleh suara aktivis perempuan KSB, Yuni Bourhany, yang menegaskan DPRD harus serius mengurus rakyat, bukan sekadar seremonial.

“Kalau DPRD tidak mau mengurus rakyat, maka momentum ini akan menjadi sejarah di KSB. Rakyat akan bergerak sampai ketimpangan sosial diselesaikan,” ujarnya lantang.

BACA JUGA :  Berkunjung ke Rutan Kelas I Jakarta Pusat, Ketua Presidium FPII Apresiasi layanan prima

Menurut data BPS, kemiskinan di KSB masih di angka dua digit, sementara ribuan anak muda produktif masih menganggur. Program pemberdayaan dinilai minim, dan kasus dugaan korupsi proyek tak kunjung mendapat pengawasan serius.

Menanggapi kritik tajam itu, Bupati KSB H. Amar Nurmansyah, mengeluarkan edaran agar masyarakat tetap menjaga kedamaian, menyampaikan aspirasi secara damai, dan menolak kekerasan.

Namun imbauan ini dianggap publik tak cukup. “Rakyat butuh bukti, bukan janji,” kata Yuni Bourhany.

Kini, DPRD dan Pemda Sumbawa Barat berada di ujung tanduk. Mereka dituntut untuk berhenti menghamburkan anggaran dan mulai fokus membantu rakyat yang sedang kesulitan.

Kisah Zaki hanyalah satu dari sekian banyak potret nyata penderitaan rakyat kecil. Rakyat menunggu kerja nyata, bukan konser dan seremonial. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *