Lepas Rolling Thunder 17 Tahun Komunitas BMW Klasik Register, Ketum IMI Bamsoet Soroti Potensi Ekonomi Mobil Klasik Yang Terus Meroket

JAKARTA, Barometer99.com Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo menuturkan mengoleksi serta merestorasi mobil klasik, khususnya BMW, tidak hanya sekedar untuk nostalgia. Di tengah trend harga mobil klasik yang terus meningkat, kegiatan ini berkembang menjadi peluang investasi yang menggabungkan sejarah, gaya hidup, dan potensi keuntungan finansial.

“Mobil klasik bukan hanya koleksi pribadi. Ia adalah kekuatan ekonomi kreatif yang bisa menggerakkan industri pendukung. Dari mulai bengkel restorasi, pengrajin interior, hingga penyelenggaraan pameran,” ujar Bamsoet saat melepas rolling thunder BMWCCI Classic Register di Jakarta, Sabtu (9/8/25).

Hadir antara lain Ketum BMWCCI Classic Register Komjen (Purn) Nanan Soekarna beserta puluhan anggota BMWCCI Classic Register.

BACA JUGA :  Kunjungi Pabrik Kopi Kapal Api, Bamsoet Dorong Hilirisasi Industri Kopi Nasional

Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan, pasar global menunjukkan tren yang positif terhadap BMW klasik. Sebuah BMW 2002 lansiran 1972 baru-baru ini terjual di lelang internasional seharga USD 85.002 atau sekitar Rp 1,38 miliar. Sementara itu, BMW E30 M3 yang menjadi ikon di era 1980-an, kerap terjual puluhan hingga ratusan ribu dolar AS, tergantung keaslian dan kondisi. Restorasi yang tepat, dengan komponen orisinal dan riwayat jelas, mampu meningkatkan nilai kendaraan secara signifikan dalam kurun 5–10 tahun.

BACA JUGA :  Anggota Komisi III DPR RI Bamsoet Sesalkan Aksi Koalisi Sipil Geruduk Ruang Rapat Panja Revisi UU TNI

“Menghidupkan kembali BMW klasik seperti 2002, E21 atau E30 bukan pekerjaan semalam. Prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga lebih dari setahun. Tantangan terbesar biasanya terletak pada mencari suku cadang orisinal, pengerjaan detail body dan interior, hingga menjaga keaslian nomor mesin dan rangka,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, bagi sebagian orang, restorasi adalah bentuk kecintaan untuk menghidupkan kembali mobil lama yang dinilai memiliki kenangan tersendiri. Bagi sebagian lain, ini adalah strategi investasi dengan peluang keuntungan yang menggiurkan.

BACA JUGA :  Buka Bersama Pemain 'Pinjam 100 The Movie', Bamsoet Ajak Generasi Muda Tidak Mudah Menyerah

Namun, risiko tetap ada. Restorasi berkualitas buruk, modifikasi berlebihan, atau pemilihan model yang kurang diminati bisa membuat nilai kendaraan justru menurun.

“Kunci restorasi adalah dokumentasi, transparansi, dan profesionalisme. Jangan tergiur potongan harga yang berujung pada hasil asal-asalan. Ingat, kita sedang mengelola warisan sejarah otomotif, bukan sekadar kendaraan biasa,” pungkas Bamsoet. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *