Kota Sorong, Papua Barat Daya Barometer99.com — Potensi gempa besar di wilayah Papua Barat Daya semakin menjadi perhatian serius. Kepala Dinas kebakaran penyelamatan penanggulangan bencana dan satpol PP (DKP2B-Satpol PP) Kota Sorong, Vincente Capana Baay, S.IP, menyampaikan peringatan penting tentang tingginya kerawanan gempa di wilayah ini, saat ditemui wartawan di Hotel Waigo, Jalan Yos Sudarso, Kampung Baru, Distrik Sorong Kota, Jumat (18/7/2025).
Dalam pernyataannya, Vincente menjelaskan bahwa kawasan Papua Barat Daya berada di wilayah pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. “Pertemuan tiga lempeng ini sangat berpotensi menyebabkan gempa bumi besar. Kita juga mengenal istilah Sesar Sorong, yang menjadi salah satu sesar aktif di Indonesia,” jelasnya.
Ia menyinggung kejadian gempa bermagnitudo 6,9 yang baru-baru ini mengguncang wilayah Maluku Tenggara, sebagai pengingat bahwa potensi serupa bisa terjadi di Papua Barat Daya. Oleh karena itu, pemerintah daerah, melalui DKP2B, terus berupaya menekan risiko bencana dengan memperkuat edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
“Yang perlu kita lakukan bukan hanya menunggu, tapi membangun kesadaran masyarakat. Kita harus paham apa itu gempa, bagaimana cara menyelamatkan diri, dan bagaimana bersikap saat bencana terjadi,” tegas Vincente.
Ia menekankan pentingnya peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat kota/kabupaten untuk menyelenggarakan simulasi kebencanaan, terutama di sekolah-sekolah dan masyarakat. Edukasi sejak dini diharapkan mampu membentuk kesiapan anak-anak dalam menghadapi gempa.
Lebih lanjut, DKP2B Sorong juga telah memulai beberapa inisiatif seperti pemasangan rambu-rambu evakuasi di wilayah pesisir dan pelaksanaan simulasi tanggap darurat di titik-titik strategis. “Ke depan, kami juga akan menyasar wilayah tengah kota, karena gempa itu sendiri sebenarnya tidak langsung membahayakan—tetapi dampaknya yang bisa mematikan, seperti bangunan runtuh, kebakaran, dan tsunami,” katanya.
Menariknya, Vincente juga mengungkap rencana peluncuran aplikasi tanggap darurat bencana berbasis digital yang saat ini sedang dikembangkan. Aplikasi ini nantinya dapat diunduh melalui Play Store, dan akan membantu masyarakat mendapatkan peringatan dini serta panduan evakuasi saat terjadi gempa.
“Melalui aplikasi ini, jika ada laporan masyarakat, sistem akan segera memberi notifikasi. Ini akan mempercepat respons dan koordinasi lintas instansi,” paparnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran perencana kota dan pengembang properti dalam memperhitungkan risiko gempa. Menurutnya, sebelum membangun gedung, perlu ada sistem kajian risiko serta jalur evakuasi yang jelas. Hal ini menjadi langkah krusial dalam mencegah korban jiwa jika gempa besar terjadi.
Sebagai penutup, Vincente menghimbau seluruh masyarakat Sorong dan Papua Barat Daya untuk tetap waspada namun tidak panik. “Kita tidak bisa mencegah gempa, tapi kita bisa mengurangi risikonya dengan pengetahuan, kesiapan, dan kerja sama semua pihak,” pungkasnya.
(TK)