Bima-NTB, Barometer99.com- Kepala Desa Parado Rato, Kecamatan Parado, Kabupaten Bima, M. Saleh, membantah keras tuduhan telah melakukan kekerasan dan mengancam membunuh seorang wartawan.
Tuduhan tersebut mencuat setelah laporan polisi dilayangkan oleh Syamsurizal, yang mengaku sebagai korban penganiayaan saat mendatangi rumah kades untuk klarifikasi terkait penggunaan Anggaran Dana Desa (ADD).
Menanggapi laporan itu, M. Saleh menyatakan bahwa informasi yang beredar adalah fitnah yang mencemarkan nama baik dan merusak citra dirinya sebagai Kepala Desa.
“Itu tidak benar, tuduhan itu murni fitnah. Saya tidak pernah mencekik atau mengancam membunuh siapapun, termasuk wartawan maupun LSM,” tegas Saleh saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Senin (16/6/2025).
Kades menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (11/6) sekitar pukul 16.00 Wita di kediamannya, saat dirinya sedang tertidur bersama istri. Tiba-tiba, suara keras dari luar kamar membangunkannya. Bahkan, terdengar suara kursi seperti dibanting, disertai ketukan keras pada pintu kamar tidur sembari memanggil namanya.
“Saya dan istri sedang istirahat. Kami sangat kaget, saya keluar kamar hanya mengenakan sarung, panik, dan merasa tidak nyaman karena pintu kamar terbuka dan ada orang yang tiba-tiba naik ke rumah tanpa izin dan langsung mengetuk kamar tidur,” ungkapnya.
Dalam kondisi panik dan terkejut, M. Saleh mengaku sempat bersuara keras dan menegur keras tamunya karena dianggap telah melanggar etika bertamu. Ia juga mengaku sempat memegang kerah baju orang tersebut, namun membantah ada tindakan mencekik apalagi mengancam membunuh.
“Sebagai Kades saya terbuka terhadap siapa pun, termasuk wartawan dan LSM. Tapi dalam hal ini, saya merasa hak privasi saya dan keluarga dilanggar. Tindakan seperti itu lebih mirip premanisme ketimbang etika seorang jurnalis,” lanjutnya.
M. Saleh menegaskan bahwa selama ini dirinya selalu menjaga hubungan baik dengan insan pers. Ia mengaku terbuka terhadap kritik maupun klarifikasi sepanjang dilakukan secara santun dan sesuai prosedur.
“Selama ini hubungan kami dengan media sangat baik dan harmonis. Banyak wartawan datang, dan tak pernah ada masalah. Tapi yang terjadi kemarin di luar batas kewajaran,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa ada sejumlah saksi yang melihat langsung insiden tersebut dan siap memberikan keterangan. Dirinya pun akan mengikuti proses hukum dengan penuh tanggung jawab untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
“Saya siap menghadapi proses hukum dan membuktikan kebenaran. Jangan sampai etika jurnalistik dikalahkan oleh kepentingan pribadi yang bisa mencemarkan nama baik orang lain,” tutup Saleh.
Sementara itu, pihak kepolisian belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait penanganan laporan ini. Kasus ini pun menjadi sorotan publik, khususnya mengenai pentingnya menjaga etika dalam menjalankan profesi jurnalis serta hak privasi warga. (*).