Berita  

Ribuan Sapi Menumpuk di Pelabuhan Gili Mas, Kadis Peternakan NTB Buka Suara

Barometer99, Lombok Barat-NTB- Ribuan sapi menumpuk di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat. Pemandangan tak biasa ini menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat, terutama menjelang puncak pengiriman hewan ternak ke luar daerah.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Riadi, angkat bicara terkait kondisi tersebut. Ia menjelaskan bahwa penumpukan sapi terjadi akibat lonjakan volume pengiriman yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal antar daerah pengirim.

“Awalnya kita sudah sepakat: 40 truk tronton dari Bima, 15 dari Dompu dan Sumbawa. Tapi kenyataannya, dua hari terakhir, sampai 100 tronton per hari yang masuk. Padahal, kapasitas kapal hanya 55 tronton setiap dua hari. Ini yang menyebabkan pelabuhan menjadi penuh,” ungkap Riadi.

Kuota Menipis, Bima Paling Agresif

NTB menetapkan kuota pengiriman sapi setiap tahun, yang ditentukan berdasarkan populasi dan tingkat kelahiran ternak. Untuk tahun 2025, total kuota ditetapkan sebanyak 49.254 ekor.

BACA JUGA :  Police Go To School Polres Sorong Kota Jadi Irup Di Sekolah – Sekolah 

Rinciannya antara lain:

Sumbawa: 16.000 ekor

Dompu: 12.000 ekor

Bima: 16.137 ekor

Kota Bima: 2.517 ekor

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB): 1.000 ekor

Dari angka tersebut, Kabupaten Bima tercatat sebagai daerah paling agresif dalam pengiriman. Hingga pertengahan April 2025, sebanyak 4.835 ekor sapi telah dikirim dari Bima. “Sisa kuotanya tinggal 893 ekor. Dan itu belum termasuk tambahan 3.000-an ekor yang sudah dijadwalkan bergerak dalam waktu dekat,” tambahnya.

Masalah Koordinasi dan Disiplin Jadwal

Riadi menekankan pentingnya disiplin dalam pengaturan jadwal pengiriman. Ia menyoroti kurangnya koordinasi dan ketidakpatuhan terhadap kesepakatan sebagai penyebab utama penumpukan.

“Kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Tapi kita harus introspeksi. Tahun 2024 kita bisa atur dengan baik, kapal jalan dua hari sekali, sapi bisa langsung naik, paling nunggu dua atau tiga jam. Sekarang jadi crowded karena pergerakan truk melebihi kapasitas,” ujarnya.

BACA JUGA :  Jamin Perayaan Natal Berjalan Aman, Polsek Tanjung Batu Polres Ogan Ilir Lakukan Pengamanan Di Gereja

Sebagai solusi, pemerintah akan mengetatkan pemberian rekomendasi pengiriman. “Tahun lalu kami longgar karena percaya semua akan disiplin. Tahun ini ternyata tidak seperti harapan. Maka kami akan selektif, rekomendasi tidak bisa lagi diberikan setiap hari, akan disesuaikan dengan kondisi lapangan,” jelas Riadi.

Soal Kapal dan Pelabuhan Ternak

Satu hal lain yang menjadi tantangan adalah keterbatasan armada kapal khusus ternak. Saat ini, NTB hanya memiliki satu kapal dengan trayek Bima–Tanjung Priok–Banjarmasin. Kapal ini tidak dapat langsung membawa tronton—hanya ternak saja—sehingga menambah pekerjaan di pelabuhan tujuan.

“Kalau mau dibawa ke Pelabuhan Lembar, harus ada deviasi rute yang berbiaya. Kami pernah minta tambahan satu kapal, tapi belum dikabulkan. Padahal kapal ini sangat penting untuk kelancaran distribusi,” jelasnya.

BACA JUGA :  Kunjungan Kerja UN DSRSG Di Desa Kisengo (DRC), INDO RDB XXXIX-D Kompi Alpha Laksanakan LRM Dan Pengamanan

Harapan ke Depan: Konsistensi dan Sinergi

Riadi berharap, kejadian penumpukan sapi seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. “Tanggal 15 April kemarin kita sudah rapat dengan KSOP Lembar, semua sudah disepakati. Tinggal implementasinya yang harus konsisten. Kalau kita semua pegang komitmen, semuanya bisa berjalan lancar.”

Ia menambahkan, langkah jangka panjang seperti optimalisasi pelabuhan ternak, manajemen jadwal pengiriman yang lebih rapi, dan pengawasan ketat terhadap rekomendasi, akan menjadi kunci agar situasi serupa tidak terulang.

“Yang kita inginkan adalah ketertiban. Dengan pengaturan yang tepat, kuota bisa tercapai, ternak aman, dan pelabuhan tidak lagi dipenuhi oleh truk-truk tronton yang mengular,” pungkas Riadi. (Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *