Barometer99, Lombok Barat-NTB- Aroma Idul Adha yang kian dekat justru membawa duka bagi para peternak sapi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di tengah lonjakan permintaan hewan kurban dari wilayah Jabodetabek, masalah klasik kelangkaan armada kapal pengangkut kembali menghantui. Pemandangan memilukan terlihat di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, di mana puluhan truk tronton bermuatan sapi dari Bima dan Dompu berjejer diparkiran dermaga,menunggu nasib untuk bisa menyeberang ke Pulau Jawa.
Antrean mengular ini bukan hanya soal waktu dan biaya yang membengkak. Lebih tragis lagi, nyawa ternak pun menjadi taruhannya. Pada hari Sabtu sudah 2 ekor sapi dilaporkan meregang nyawa akibat tak kuat menahan sengatan panas dan stres berkepanjangan di dalam truk yang terparkir di bawah terik matahari. Sementara itu, puluhan sapi lainnya mulai menunjukkan gejala sakit, menambah kecemasan para peternak yang terus berupaya memberikan pertolongan seadanya.
Muziburrahman, Ketua Gabungan Pengusaha Hewan Indonesia (GPHI) Kabupaten Bima, dengan nada getir mengungkapkan bahwa pemandangan miris ini adalah siklus tahunan yang tak kunjung usai, terutama menjelang puncak pengiriman sapi untuk Idul Adha.
“Yang sudah mati ada dua ekor, karena mungkin cuaca panas dan terlalu lama mengantri di luar. Beberapa peternak juga mengeluh sapinya mulai sakit. Untungnya, tim dokter hewan sudah berkeliling untuk melakukan pemeriksaan dan antisipasi,” ujar Muziburrahman saat ditemui di tengah hiruk pikuk pelabuhan, Sabtu (19/4/2025).
Ia menyayangkan minimnya perhatian dan koordinasi antar instansi pemerintah dalam mengatasi masalah krusial ini. Armada kapal yang tersedia sangat terbatas, dan ironisnya, prioritas utama masih diberikan kepada penumpang umum dan kendaraan lain.
“Armada kapal hanya tiga atau empat unit saja yang secara khusus memuat sapi. Itu pun masih mengutamakan penumpang umum dan kendaraan seperti bus. Truk sapi hanya bisa ikut jika ada sisa ruang di kapal,” keluhnya.
Para pengusaha ternak pun berteriak lantang, mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk lebih serius menyiapkan solusi jangka panjang, terutama penyediaan armada laut khusus untuk pengangkutan hewan kurban selama musim Idul Adha. Kondisi kekurangan kapal yang terus berulang ini telah menjadi mimpi buruk yang merenggut potensi keuntungan dan bahkan nyawa ternak.
“Kami butuh kapal khusus untuk sapi! Kalau hanya mengandalkan kapal penumpang, truk sapi bisa tertahan berhari-hari. Semalam saja, hanya sekitar 45 truk tronton yang bisa diberangkatkan, sisanya terpaksa menunggu giliran berikutnya. Bahkan banyak yang hanya bisa mengangkut 10 sampai 15 truk fuso,” ungkap Muziburrahman dengan nada frustrasi.
Ia menambahkan bahwa April ini adalah puncak pengiriman sapi dari NTB, sehingga tekanan terhadap infrastruktur pelabuhan dan armada pengangkut semakin memuncak.
Sementara itu dari Humas Pelindo dikonfirmasi menyampaikan terkait teruk – teruk yg masih parkir di Gilimas situasinya kami pastikan tetap terkendali meskipun antrian banyak. Dan pastinya kami tetap berkoordinasi secara rutin dengan pihak terkait termasuk dengan info kedatangan kapal (plotting) tambatan.
Hasil koordinasi terakhir, semua pihak akan menyesuaikan timing kapan kendaraan harus datang ke pelabuhan dengan jadwal kapal, jadi waktu tunggunya pun tidak terlalu lama
Dimana Pelindo hanya menyediakan fasilitas, terkait dengan kedatangan, jadwal keberangkatan kapal, kapasitas di luar kewenangan pelindo yang selaku pengelola pelabuhan. (Red).