Barometer99– Saudaraku, Rabu (21/12/2022), Pemerintah (melalui Kemenko PMK) memberikan anugerah Revolusi Mental kpd beberapa tokoh dan lembaga. Termasuk saya utk kategori tokoh “persatuan, kesatuan dan kebangsaan”.
Penghargaan tsb saya terima dgn perasaan mendua. Di satu sisi, saya berterima kasih atas perhatian dan apresiasi pemerintah thd pemikiran dan aksi kebangsaan saya selama ini.
Di sisi lain, terbersit rasa rikuh. Faktor mental-kejiwaan sangat menentukan kualitas hidup. Namun, krn sifatnya yg niskala, cenderung diabaikan dlm pembangunan, atau paling jauh sekadar ornamen pelengkap pembangunan fisik yg lebih terlihat dan mudah diglorifikasi.
Dalam isu kebangsaan, saya pun bisa merasakan betapa beratnya tanggung jawab merajut persatuan di tengah masyarakat majemuk yg kian mengalami polarisasi dan fragmentasi.
Peran seseorang ibarat satu kerlip kunang-kunang. Mungkin bisa memberi percik sinyal arah di tengah malam. Namun, diperlukan jutaan kunang-kunang yg serentak berpijar utk dpt pancarkan gelombang cahaya pencerahan.
Betapapun, saya belum kehilangan optimisme. Dari Danau Sentani di Papua hingga Danau Toba di Sumatra Utara, masih banyak mata air kecemerlangan yg mengalir dari ketulusan pengabdian dan kearifan lokal yg dpt memberi pelajaran, bahwa negara-bangsa ini memang banyak masalah, ttp satu kepala manusia bisa menyelesaikan banyak hal. Apalagi, jika berbagai agensi dan pemangku kepentingan bisa berkolaborasi dan berkontribusi sesuai peran dan kapasitasnya.
Untuk itu, semangat gotong-royong hrs diperkuat, disertai tata kelola baik yg dapat mentransformasikan aksi kepeloporan individual ke dlm struktur solidaritas fungsional; dari karisma personal menuju karisma kelembagaan.
Itu semua mensyaratkan tanggung jawab kepemimpinan. Seperti pesan Bung Hatta, “Indonesia luas tanahnya, besar daerahnya, dan tersebar letaknya. Pemerintahan negara semacam itu hanya dpt diselenggarakan mereka yg mempunyai tanggung jawab yg sebesar-besarnya dan mempunyai pandangan amat luas. Rasa tanggung jawab itu akan hidup dlm dada jika kita sanggup hidup dgn memikirkan lebih dahulu kepentingan masyarakat, keselamatan nusa, dan kehormatan bangsa.”(*)