Tujuh Hari Kepergian Ustadz Fenty Pontoh, Masih Meninggalkan Duka Bagi Warga Biontong

Barometer99– Biontong- Bolaan Mongondouw Utara -Minggu 5 Juni 2022 Warga desa Biontong Bolangitan Timur Kabupaten Bolaan Mongondouw Utara dikejutkan adanya berita duka wafatnya Fenty Pontoh Sangadi (Kepala Desa-red) Biontong.

Banyak yang terkejut, termasuk kalangan keluarga dan kerabat, karena “perginya” Imam Masjid Desa Biontong itu sangat mendadak, peristiwanya hanya sesaat beliau bersiap diri untuk melaksanakan sholat magrib di masjid, Innalillahi Waan Innalillahi Rojiun.

Tujuh hari setelah kepergian sosok yang dikenal sebagai sosok agamis sejak kecil itu, masih meninggalkan duka mendalam bukan hanya bagi keluarga dan kerabat, tetapi juga masih meninggalkan duka bagi warga masyarakat setempat.

Pemantauan redaksi media ini, sejumlah postingan di media sosial facebook sampai sabtu (11/6/2022) masih menyampaikan empatinya.

Salah satunya, melalui postingan facebook warga Bolmut Nani Riswani Topayu, minggu (12/6/2022).

Menurut Nani, Almarhum Ustadz Fenty Pontoh adalah sosok agamais sejak kecil, rajin mengaji dan selalu menebar kebaikan kepada siapapun.

“Sekembalinya dari Jakarta setelah bekerja lama di Jakarta, Almarhum kembali ke biontong dan waktunya lebih banyak di masjid,” tulis Nani Topayo.

Sosok Almarhum Ustaz Fenty Pontoh, beberapa bulan jelang akhir hayat sempat mendapat amanah sebagai Sangadi (Kepala Desa-red) di Biontong Bolangitan Timur.

Nani Topayu juga mengungkap kesaksian terkait prilaku i politik almarhum, yang menurutnya sangat santun dan sangat menjaga hubungan kekeluargaan.”Dalam dunia politik, kami senantiasa berbeda, tapi perbedaan itu tak mempengaruhi rasa sedarah, hubungan kekeluargaan tetap jalan seperti biasa,”.

Ada cerita menarik dan inspiratif, terkait pengabdian Almarhum sebagai pemuka agama di desanya seperti diungkap Nani Topayu :

” Suatu ketika orang-orang menyampaikan padaku tentang putraku Alif yang suka main-main, ribut dengan teman-temannya saat sehari-hari sholat di masjid, sampai suatu ketika kularang Alif ke masjid dari pada mengganggu orang lain,”.

“Sampai suatu pagi, aku dan Alif jalan kaki di sebuah jalan setapak, melewati lokasi kebun jagung k’enty, setiap kami lewat…”Patehaaaa… Kiapa So Nyanda Lia Lia di Masjid, begitu selalu K,enty memanggil Alif dengan sebutan, Patehaaa”.

“Nani so nyanda suruh dia pi masjid, soalnya dorang bilang cuma pi bermain,” kata Nani kala itu. “Biarjo kasana dia banakal, asal pi masjid, supaya dia biasa di masjid biar jo kasana, nanti kita mo jaga pa dia,” ujar mendiang k’enty.

Sejak itu, kata Nani Putranya Alif kembali aktif sholat di masjid, dan dirinya merasa aman karena putranya ada yang jaga.

“Hanya mendengar suaranya k’enty saat meng imami sholat, atau sekedar adzan, atau sedang mengaji atau dengar k’enty ba ceramah di masjid, hatiku merasa nyaman dan sudah cukup memberi pertanda kalo Alif ku berada di area aman, karena ada orang ikhlas mengawasinya, K’Enty Fenty Pontoh yang kini sudah tiada,” tulis Nani Topayu.

Hari ini, Senin (12/6/2022) tujuh hari sudah kepergian Almarhum Ustadz Fenty Pontoh. Nani Riswani Topayu mengungkap rasa sedihnya di laman facebooknya :

“Tujuh hari itu juga, aku kehilangan kendali atas alif ku di masjid, suaramu yang bagaikan alarm tanda aman bagi alif, tidak pernah kudengar lagi. Aku dan Patehaa sebagaimana sebutanmu untuk alif, akan terus.medoakanmu, Alfatiha, Amin Yra” ujarnya. @@

Editor :Eric/Irfan Pontoh
Sekretaris Nasional FPII

Editor: Msa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *