Pelan-pelan PTBA Mulai Kurangi Pendapatan dari Batu Bara

Barometer99, Muara Enim | Perusahaan pertambangan batu bara PT Bukti Asam Tbk (PTBA) menargetkan pendapatan dari bisnis batu bara tinggal 50% pada 2026 mendatang. Sedangkan sebagian pendapatan lainnya akan berasal dari bisnis baru di sektor energi.

Direktur Utama Bukti Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan target ini merupakan bagian dari langkah perusahaan untuk bertransfirmasi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

Dikutip dari CNBC Indonesia,
Destinasi pertama PTBA adalah menjadi perusahaan berbasis bisnis energi pada tahun 2026 dengan target pendapatan dari sektor energi sebesar 50% dan bisnis batu bara 50%,” kata Suryo dalam konferensi pers, Jumat (10/12/2021).

Untuk mencapai target transformasi bisnis ini, perusahaan telah menyusun tiga strategi bisnis yang akan dijalankan antara lain peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).

Terakhir adalah Carbon Management Program yaitu integrasi target pengurangan karbon dalam operasional pertambangan Bukit Asam.

Secara lebih rinci, dalam pengembangan pembangkit listrik EBT, perusahaan merambah portofolio ke sektor energi baru dan terbarukan dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan bekas tambang dan masyarakat.

Terdapat tiga rencana proyek PLTS yang akan dibangun, yakni PLTS Ombilin, Sumatera Barat; PLTS Tanjung Enim, Sumatera Selatan; dan PLTS Bantuas, Kalimantan Timur.

Ketiga PLTS ini akan dikembangkan secara bertahap dengan target kapasitas maksimal masing-masing bisa mencapai 200 megawatt.

Di bisnis gasifikasi batu bara, perusahaan telah merealisasikan proyek coal to DME (Dimetil eter). Proyek ini akan berkerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products & Chemicals Inc (APCI), dari Amerika Serikat.

Terdapat dua proyek hilirisasi ini dan telah masuk dalam proyek strategis nasional (PSN), yakni Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim.

Ketiga perusahaan telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama pengembangan DME dan penandatanganan Perjanjian Pengolahan DME yang menjadi bagian dari kerjasama pengembangan DME tersebut.

Proyek ini akan berlangsung selama 20 tahun dengan mendatangkan investasi dari APCI hingga US$ 2,1 miliar atau Rp 30 triliun.

Dalam prosesnya, proyek ini akan mengutilisasi enam juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun. Sehingga dapat mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun dan dapat memperbaiki neraca perdagangan dan banyak benefit lainnya bagi Indonesia.

“Kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah,” terang dia.

Perusahaan juga dalam proses pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2×620 MW. Proyek ini ditargetkan akan bisa melakukan commissioning pada kuartal I-2021 nanti.

Terakhir, untuk manajemen karbon, perusahaan telah mempersiapkan program untuk menekan emisi karbon

Jurnalis : Fitra/Palendra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *